Jurnal Kongres Ibu Pembaharu
Pada Kongres Ibu Pembaharu kali ini, kami se grup dengan tim Griya Langit, Rumah Asa, Sakura Family, dan Bermain Bersama Anak.
Awalnya, saya mengumpulkan semua ketua tim dalam sebuah grup WA, kemudian kami memilih ketua. Meski perangkat yang jelas hanya ketua. Tidak ada pembagian yang jelas tentang peran lainnya. Namun saya melihat ada peran aktif dari semua tim dalam menjalankan tantangan di Konferensi Ibu Pembaharu ini.
Saya sendiri, meski judulnya hometeam, tapi sendiri mengerjakan video tim Perahu Pinisi. Anggota tim (Paksu) tidak suka tampil. Namun Alhamdulillah, sebagai anggota tim dan suami. Paksu selalu mendukung dengan cara membiarkan istrinya begadang mengerjakan tantangan 😆.
Meski dukungannya terlihat minim dalam kongres ini, hanya izin dan senyum yang saya butuhkan. Namun Alhamdulillah, saya merasa bahagia, kami melakukan hal yang disukai, tanpa saling menuntut/menyalahkan. Bahkan hometeam kami mulai melebar pada ranah publik. Menyelesaikan beberapa agenda NGO. Seru banget, bisa kerja bareng Suami.
Hm, okay kembali ke Jurnal tentang Kongres Ibu Pembaharu. Selain membuat video aksi. Saya mengusulkan berbagai gagasan baru yang diambil dari benang merah Problem Statement dari 5 tim di Grup 11.
Saya memang suka menggabungkan beberapa hal menjadi sebuah ide atau gagasan baru(sekali lagi, hasil ST 30, saya terbukti 😄). Diantaranya yang saya usulkan adalah Gerakan Satu Rumah, Satu Sekolah, Sarasehan Fasilitator homeschooling.
Saya membayangkan, akan unik bila diadakan sebuah acara yang mempertemukan praktisi Homeschooling dari berbagai pulau di Indonesia. Kita akan lihat berbagai keunikan. Bahwa setiap keluarga sangat unik dalam menjalankan praktek Homeschooling. Kita akan lihat apakah kearifan lokal dan lokal knowledge suatu daerah, berpengaruh kah terhadap proses Homeschooling. Btw, ini bisa jadi bahan penelitian 😄
Kemudian Gerakkan Satu Rumah, Satu Sekolah. Menurut saya, ini keren. Bisa jadi solusi Ditengah pendemi.
Sekolah rumah, bukan hanya bisa dilakukan oleh praktisi Homeschooling saja. Namun setiap rumah, sejatinya adalah sekolah pertama bagi anak. Sebaiknya setiap rumah, punya kriteria keberhasilan yang unik. Meskipun anak disekolahkan di luar atau di rumah. Tidak perlu khawatir, karena setiap keluarga menilai dengan penilaiannya sendiri, tidak saling membandingkan.
Komentar
Posting Komentar