Perjalanan Tak Terduga
Sesuai musyawarah mufakat kami (Bunda, Fatih dan Sa'id) kemarin. Hari ini kami berwisata kereta. Tujuannya kemana? Belum ditentukan. Yang pasti, Said ingin melihat banyak kereta.
Setelah ngobrol bareng di stasiun, muncullah ide bermain ke UI.
“Tapi inikan hari kerja? Pasti banyak mahasiswa” pikir ku. Tapi saya yakin Fatih dan Said bisa lebih sopan kali ini.
Bismillah, saya menantang diri untuk membersamai Fatih dan Sa'id dalam level ini. Kami pun berangkat ke UI menggunakan kereta. Kemudian turun di Stasiun Pondok Cina.
Sesampainya di sana, Fatih membeli es krim dan Sa'id membeli susu. Mereka sudah mulai terbiasa bahwa dalam perjalanan, hanya boleh sekali membeli/jajan. Selebihnya makan bekal yang kami bawa. Hari ini kami membawa bekal air minum ± 1,5 L dan rambutan yang sudah dikupas oleh Fatih tadi pagi.
Fatih terlihat tertarik membaca gambar di kereta, khususnya simbol. Ketika di kereta, Fatih banyak bertanya tentang gambar pengguna kursi prioritas dan gambar langkah evakuasi ketika dalam keadaan darurat di kereta.
Ketika sampai di UI melalui stasiun PoCin. Hal pertama yang menarik perhatian Fatih adalah mobil polisi yang parkir di pos keamanan UI. Kami mampir sebentar untuk memuaskan rasa penasaran Fatih tentang mobil polisi. Ternyata disana ada 3 anjing polisi. Fatih sebenarnya masih kepo ingin melihat sejauh mana keganasan anjing polisi. Tapi bunda berusaha mengalihkan ke hal lain.
Sesat kemudian kami menuju halte terdekat. Setelah beristirahat dan minum , Fatih langsung memanjat sebuah tanah yang agak tinggi di samping halte.
Akhirnya kami bermain memanjat, dengan berpegang pada akar 🌲 pohon. Fatih terlihat sangat bersemangat mendaki. Sementara Said mengambil jalan memutar untuk sampai di puncak, tanpa harus mendaki.
Beberapa waktu kemudian, Said meminta naik Bikun (Bis Kuning). Awalnya, saya ragu, karena ini fasilitas kampus UI. Akhirnya setelah bertanya kepada salah satu mahasiswi, saya memutuskan untuk naik Bikun
Fatih dan Sa'id terlihat antusias menaiki Bikun. Fatih menyebutnya Bus Lani, salah satu tokoh dalam film Tayo. Fatih dan Sa'id mampu duduk dengan tenang selama dalam Bikun. Fatih sempat kepo dengan salah satu tuas kursi. Bunda mencoba menjelaskan
“Kita harus menjaga barang publik lho. biar awet”
Fatih dan Sa'id masih bisik-bisik menyembunyikan aktivitas mereka. Saya sempat khawatir. Namun menjelaskan lagi
“Kalau kita merusak barang umum, kita tidak diizinkan lagi naik bus ini”
Kalimat ini ampuh, Fatih dan Sa'id tidak lagi mencoba menarik tuas.
Hal unik dalam kereta ini adalah kebiasaan para mahasiswa mengucapkan terimakasih ketika akan turun dari bus.
“Terimakasih Pak” Fatih meniru sambil turun dari bus.
Setelah naik Bikun. Kami bermain panjat tanah lagi. Tiba-tiba, Said ingin pipis. Kami segera ke masjid kampus. Said terlihat mampu menahan pipis, sementara bunda berusaha secepatnya menuntun ke wc.
Kebetulan adzan Dzuhur, saya sholat Dzuhur dulu sebelum keluar masjid.
Sebelum sholat, kami ngobrol sebentar
Bunda : kita sedang ada dimana yah?
Said : masjid
Bunda : kalau di masjid, kita ngapain?
Said : sholat
Bunda: iya, kalau mau lari, disini saja.
(Menunjukkan teras pinggir danau)
Karena Fatih dan Sa'id belum bisa tenang di masjid. Saya memutuskan sholat di teras pinggir danau. Agar suara Fatih dan Sa'id tidak menggangu sholat berjamaah.
Setelah sholat Dzuhur, Fatih meminta bermain lagi. Namun saya mencoba kembali kepada kesepakatan kami bahwa adzan Dzuhur itu tanda kami harus pulang. Alhamdulillah, Fatih dan Sa'id bisa dengan mudah menjalankan rule bermain kami kali ini.
Note: no picture karena bunda lupa bawa HP 😅
Komentar
Posting Komentar