Belajar Bermain Seperti Anak
Beberapa hari lalu saya mengeluhkan tentang Fatih yang selalu ingin bermain bersama teman. Padahal saya sudah berusaha menjadi teman bermainnya.
Kemudian, teman di grup parenting memberikan beberapa saran. Salah satunya adalah membersamai, ikut terlibat dalam aktivitas anak. Saya mencoba benar-benar membersamai Fatih Said.
Kemudian, teman di grup parenting memberikan beberapa saran. Salah satunya adalah membersamai, ikut terlibat dalam aktivitas anak. Saya mencoba benar-benar membersamai Fatih Said.
Hari ini kami bermain di taman bermain dan membuat kue biji ketapang bersama. Saya sengaja mengajak ke taman bermain karena Fatih dan Said sangat suka bermain di alam, dan mereka pembelajar tipe kinestetik (dominan).
Ketika di taman bermain, saya ikut bermain perosotan, bermain kejar-kejaran, lomba lari, naik pohon, memancing dan makan salak bersama.
Saya mencoba menyelipkan matematika logis. Diantaranya memisahkan sampah. Setiap sampah yang kami hasilkan, dipisah dalam satu plastik. Ini juga mengajarkan mereka agar tidak buang sampah sembarangan.
Kami juga belajar tentang konsep dekat dan jauh. Sambil berlomba lari, saya menunjukkan tempat akhir berlari yang jauh dan dekat.
Saya juga mengajak Fatih menghitung jumlah batu yang digunakan sebagi jalur berjalan. Awalnya Fatih menghitung seperti menghafal, banyak batu yang terlewat, karena sibuk menghafal irian angka. Kemudian saya membantunya mengulangi dengan memberi contoh menunjuk batu. Setiap angka, 1 batu.
Setelah itu Fatih terlihat semakin suka menghitung langkah. Setiap dia berjalan, sering mengajak saya untuk menghitung jumlah langkahnya.
Fatih meminta saya mencontohkan naik pohon. Saya merasa seperti kembali ke masa kecil. Dulu waktu kecil, saya sangat jago naik pohon. Setelah melihat saya, Fatih menjadi lebih semangat belajar naik pohon. Ketika akan turun, saya mencoba menghitung "satu, dua, tiga" lalu melompat.
Kami juga belajar tentang konsep dekat dan jauh. Sambil berlomba lari, saya menunjukkan tempat akhir berlari yang jauh dan dekat.
Saya juga mengajak Fatih menghitung jumlah batu yang digunakan sebagi jalur berjalan. Awalnya Fatih menghitung seperti menghafal, banyak batu yang terlewat, karena sibuk menghafal irian angka. Kemudian saya membantunya mengulangi dengan memberi contoh menunjuk batu. Setiap angka, 1 batu.
Setelah itu Fatih terlihat semakin suka menghitung langkah. Setiap dia berjalan, sering mengajak saya untuk menghitung jumlah langkahnya.
Fatih meminta saya mencontohkan naik pohon. Saya merasa seperti kembali ke masa kecil. Dulu waktu kecil, saya sangat jago naik pohon. Setelah melihat saya, Fatih menjadi lebih semangat belajar naik pohon. Ketika akan turun, saya mencoba menghitung "satu, dua, tiga" lalu melompat.
Komentar
Posting Komentar