Menemukan matematika logis dalam keseharian

Pagi ini saya membeli kue. Fatih sudah menunggu dengan sabar. Saya memanfaatkan kesempatan ini
Bunda : .Fatih, kuenya ada berapa?
Fatih : satu, dua ,tiga, empat, lima. Ada lima nah
Bunda : untuk bunda mana?
Fatih : ini (memisahkan 1 kue)
Bunda : untuk said mana?
Fatih : ini (memisahkan 1 kue lagi)
Bunda : jadi kue Fatih sisa berapa sekarang?
Fatih menghitung : ada tiga nah (ekspresi takjub)


Saya membiarkan Fatih dan Said menikmati kue. Tiba-tiba terdengar perdebatan antara mereka. 

Said " ini kue aku " sambil makan kue
Fatih " itu buat na" menunjuk sisa 1 kue di plastik
Bunda : bunda sudah makan kue, itu buat Fatih dan Said saja
Saya pun melanjutkan mencuci piring. Kemudian Fatih datang menyuapi kue untuk saya. Sepertinya Fatih khawatir saya tidak kebagian kue. So sweet...... Teringat ayah fatih yang sering menyuapi kue ketika saya sedang sibuk dengan urusan dapur. Ah, jadi baper nih, hehehe

Sembari saya mencuci piring, terjadi percakapan dengan Fatih yang akan mandi.

Fatih : Na, ayah pulangnya kapan?
Bunda : satu malam lagi
Fatih : lho, kata na kemarin, satu malam lagi

Saya berpikir, ternyata dia tahu konsep satu malam dan berpikir seharusnya sudah terlewati satu malam. Dan ayahnya seharusnya pulang hari ini.

Bunda : maaf tih, bunda salah. Seharusnya kemarin bunda bilang dua malam lagi. Satu malam sudah kita lewati. Sekarang tinggal satu malam lagi.

Fatih terlihat bingung. Saya berpikir lebih kreatif untuk menjelaskan dengan logis dan mudah dimengerti.

Bunda : nanti kita sholat dzuhur, ashar, magrib, isya, terus tidur. Terus sholat subuh. Nah, ayah pulang sebentar lagi setelah kita sholat subuh

Sampai disini Fatih terlihat puas. Kemudian Fatih mandi sambil menyikat wc.

Konsep waktu juga termasuk matematika logis.

Fatih sering bertanya. " Na, sekarang pagi?" "Na, sekarang ashar?"
Saya menjawab dengan jujur sesuai waktu. Biasanya kalau Fatih tahu sudah pagi dan sore, dia akan meminta bermain di luar. Karena saya meluangkan waktu pagi dan sore untuk membersamai mereka. Apapun pilihan aktifitas nya, indoor atau outdoor.

Pukul 10.00 kami berangkat ke taman Pemda Cibinong. Fatih meminta saya ikut bermain. Jadilah saya satu-satunya orang dewasa yang ikut bermain perosotan bersama anak-anak. Malu? Tidak, cuma ga enak aja, sendirian. Heheheh. Khawatir perosotan rusak.



Selama permainan, Fatih dan Said terlihat lebih sabar dalam mengantri. 

Setelah capek bermain, kami beristirahat sambil makan kue. Saya mencoba mengajak Fatih mencari benda berbentuk lingkaran yang ada di arena bermain. Fatih menjawab " ada, itu lingkaran di atas perosotan" sambil menunjuk. Saya mencoba memanfaatkan setiap keadaan untuk belajar matematika logis.

Said juga sudah tahu mengantri dalam permainan. Menurut saya, mengantri termasuk matematika logis dalam bentuk etika.


Sepulang dari taman Pemda. Fatih meminta diceritakan dongeng malin Kundang. Setelah saya menceritakan dongeng, saya mengajaknya berdiskusi tentang hikmah cerita Malin Kundang.

Bunda : jadi, kalau dipanggil bunda, harus didengar yah
Fatih : iya, kalau ga dengar, nanti jadi batu

Sepertinya Fatih menyimpulkan demikian karena Malin tidak mendengarkan perkataan ibunya.

Kesimpulan ini termasuk matematika logis. Karena dalam matematika ada materi tentang silogisme (dulu materi ini saya pelajari di jenjang SMA).

Sore setelah menonton, saya mengajak Fatih berdiskusi.
Bunda : Tadi Fatih menonton berapa film? 
Fatih : lima na
Bunda : apa saja?
Fatih : cerita Malin Kundang, cerita danau Toba dan Upin Ipin. Jadi 5 nah
Bunda : coba kita ulang hitungannya bersama-sama. (Sambil menggunakan tangan untuk menggambarkan perhitungan). Pertama Malin, kedua danau Toba, ketiga Upin Ipin. Jadi ad berapa? Ti,ga.....
Fatih : o......






Catatan :

Fatih 4 tahun 4 bulan
Said 2 tahun 7 bulan


Komentar

Postingan Populer