Serba-serbi melatih kemandirian anak hari ke-11
Melatih kemandirian anak seperti menaiki roller coaster. Ada turun naik, sebelum mengharapkan konsistensi kemandirian anak. Orang tua terlebih dahulu harus konsisten melatih kemandirian anak. Kadang saya rindu menyuapi said, gregetan menunggu Fatih mau memakai baju sendiri. Tapi saya harus sabar dan konsisten.
Pagi ini said bangun sesaat setelah adzan subuh. Setelah sholat subuh, said tidur kembali bersama ayahnya di kamar bermain. Sementara saya pergi berbelanja ke pasar. Rupanya, said tidur tidak memakai pemper. Ketika dia bangun,
Bunda: said mau pipis?
Said : ga
Said bermain sebentar, kemudian mengatakan ingin pipis. Said sudah mulai memperlihatkan kemajuan, karena tidak ngompol dalam keadaan tidur. Dalam hati saya bersyukur, selamat deh kasur, ga bau ompol.
Hehehe
Tantangan berlanjut pada latihan makan. Pagi sampai siang said makan seperti Fatih, tanpa nasi. Roti tabur Ceres, telur puyuh, ayam goreng dan kue-kue adalah makan mereka dari pagi sampai siang.
Ada hal unik yang bisa jadi pembelajaran mereka. Saya sengaja menyajikan telur puyuh yang masih ada cangkangnya. Fatih dan said sangat suka telur puyuh. Mereka segera meraih telur puyuh kemudian mengupasnya sendiri tanpa diperintah. Mereka juga tidak meminta saya untuk mengupas. Malah said dan fatih berkata
Fatih : na mau telur puyuh? Cobain ini deh, punya fatih ( sambil menyuapi telur puyuh ke mulut saya)
Saya mencoba merespon positif ditengah kesibukan memasak.
Bunda : owh, telur puyuh yah. Mau dong. Terimakasih Fatih
Said kemudian mencontoh Fatih menyuapi telur puyuh
Setelah makan, anak-anak kembali bermain (masih di rumah). Suami mencuci piring, saya beberes rumah sambil masak. Ternyata fatih pipis di selokan di depan rumah. Mengetahui hal itu
Bunda : Fatih pipis di luar?
Fatih : *diam tidak menjawab*
Bunda : berarti hari ini Fatih main di rumah saja yah. Karena sudah pipis di luar
Fatih : atih dengar kok na, atih ga pipis di luar lagi.
Fatih memohon agar bisa main di luar rumah. Saya tetap tidak mengijinkan.
Beberapa saat kemudian Fatih mandi. Saya menemaninya mandi dan mengajarkan menyabun badan. Fatih sudah fasih menyikat gigi sendiri
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 saya segera mandi untuk berangkat ke arisan keluarga, kebetulan letaknya dekat dari tempat tinggal kami. Disaat saya mandi, rupanya Fatih "disamperin" oleh temannya. Secepat kilat dia sudah pergi lari bersama temannya ke lokasi arisan. Saya belum berhasil konsisten terhadap konsekuensi bila Fatih pipis di luar.
Fatih sudah terlalu asyik bermain dengan teman-temannya. Saya juga tidak tega membawanya pulang.
Di tengah acara arisan. Fatih dan said banyak mengkonsumsi kue. Sehingga pada saat makan nasi, mereka sudah kenyang. Fatih hanya makan sedikit. Sementara said tergoda untuk bermain, sehingga makanannya hanya sedikit. Malah said minta disuap. Akhirnya saya menyuapinya, karena situasi sangat ramai. Hanya beberapa suap, said kembali bermain.
Kemajuan ditengah situasi ini ternyata juga ada. Fatih dan said memberitahu ingin pipis dan pup. Selalu saya bawa ke wc. Fatih tidak lagi pipis di luar.
Setelah pulang arisan. Siangnya saya dan said tidur siang bersama. Sementara fatih dan ayahnya menonton di laptop. Tempat tidur said dialasi perlak dan kain. Sebelumnya saya beritahukan kepadanya agar mengatakan jika ingin pipis.
Sesaat sebelum said bangun, saya sebenarnya sudah bangun, tetapi masih nagntuk. Said berguling-guling, sebenarnya saya tahu dia ingin pipis. Tapi saya menunggu dia mengatakan sendiri. Said hanya minum kemudian kembali tidur. Ternyata dia ngompol. Mengetahui hal ini, suami saya dengan sigap membawa said ke wc dan membersihkan said.
Sore harinya Fatih membantu ayah memotong pisang dan memarut keju. Fatih dan said lahap memakan pisang tabur keju.
Malam harinya said meminta makan. Kemudian said makan sendiri. Walaupun berantakan, yang penting ada proses belajar.
Komentar
Posting Komentar