Serba-serbi melatih kemandirian anak
Pagi ini saya mengajak anak-anak untuk wisata kereta. Fatih sudah dapat memegang kartu untuk cek in dan cek out. Sementara said masih terlalu kecil, belum wajib memiliki tiket.
Ada yang kurang sebelum berangkat naik kereta,yaitu kesepakatan. Fatih juga berangkat dalam keadaan cemberut. Tapi Fatih mulai ceria ketika naik angkot menuju stasiun.
Selama di kereta, Fatih dan said sangat aktif. Saya kesulitan mengajak mereka duduk diam. Biasanya saya menggunakan kesepakatan sebagai pengingat agar Fatih bisa duduk rapi. Tapi kali ini kesepakatan belum sempat kami diskusikan
Sesampainya di rumah, said boci dalam keadaan panas. Sehingga saya memakaikannya pemper.agar dapat istirahat lebih nyenyak. Karena panas, aid lebih banyak minum dari biasanya. Dan akhirnya suhu tubuhnya turun, kembali normal.
Sebelum boci, saya cuci sedikit piring. Fatih meminta diri untuk ikut membantu.
Fatih : atih mau cuci piring
Bunda : cuci piring nya nanti aja yah, sekarang kita bobo dulu
Akhirnya Fatih mau menundanya. Fatih termasuk susah diajak boci. Saya hanya mengkondisikan keadaan agar dia mau tidur. Kondisinya berupa : rumah ditutup (pintu dan jendela) dan saya memberi contoh boci (pura-pura tidur). Akhirnya Fatih mau ke kamar dan boci tanpa dipaksa.
Ketika boci, Fatih ngompol (karena terlalu banyak minum sebelum boci), said juga pemper nya bocor (saking banyaknya pipis, padahal pemper ukuran XXL). Tapi ga masalah, karena panasnya said bisa turun (Karena banyak minum).
Hujan deras menemani sore kami. Sementara itu,said sedang lahap makan. Fatih mencuci piring. Fatih menagih janji untuk cuci piring setelah boci. Fatih sudah bisa mencuci piring dengan bersih. Padahal saya tidak pernah menyuruhnya.
Setelah fatih makan, saya ingatkan Fatih
Bunda : aa, tolong piring bekas makannya disimpan ke dapur.
Fatih : bentar na (asyik main)
Sesaat kemudian Fatih membawa piring ke dapur sambil berkata
Fatih : atih mau cuci piring lagi. Atih ga capek kok cuci piring na
Fatih pun mencuci sendiri piring bekas makannya. Padahal sedang hujan lebat, saya sebenarnya ingin melarang, khawatir sakit. tapi alhamdulillah semua aman. Fatih memang semakin sering meniru semua aktifitas yang dilihatnya. Ketika saya sholat ashar,dia juga ikut sholat di sajadah saya.
Tempat tinggal kami memang kecil. Bagusnya, saya bisa sambil memantau semua aktifitas anak-anak. Ketika saya sholat magrib di ruang tengah, Fatih membuka kulkas dan memindahkan telur ( 8 butir) dari plastik ke pintu bagian atas kulkas. Fatih sudah dapat memindahkan telur ke tempat nya di kulkas, tanpa pecah. Saya sebenarnya deg-degan, hehehehe
Setelah sholat magrib, saya mengaji. Fatih mengatakan ingin ikut mengaji. Saya sangat senang. Ini menjadi metode tersendiri untuk kami mengajarkan budaya mengaji. Tapi sayang, kegiatan mengaji hanya sebentar karena Fatih dan said mulai butuh pengawasan ketika bermain. Kadang mereka berebut mainan, atau ada salah satu yang merasa dirugikan, dll. Sehingga butuh wasit dan teman bermain.
Setelah sholat isya, anak-anak masih bermain sampai jam setengah sembilan. Kami bermain Lego, bola, mobil-mobilan. Sebelum Fatih membuka mainan, dia memandangi saya sambil berkata "atih bisa koq beresin mainan"
Tapi ketika diingatkan untuk mengakhiri permainan. Fatih menolak membereskan mainan dengan alasan masih ingin bermain. Kemudian saya mulai membereskan sendiri mainan, saya pisahkan antara Lego dan mainan lain.
Fatih : atih mau bantu na ah
Fatih pun membantu merapikan mainan. Sementara said masih ingin bermain, said masih mewarnai lantai menggunakan krayon. Saya membiarkan said bermain. Sambil mengingatkan Fatih untuk pipis sebelum tidur agar tidak ngompol lagi. Say pun mengajak anak-anak tidur, tapi said masih asyik bermain. Sesaat kemudian said berlari, bergabung bersama kami untuk tidur.
Setelah fatih makan, saya ingatkan Fatih
Bunda : aa, tolong piring bekas makannya disimpan ke dapur.
Fatih : bentar na (asyik main)
Sesaat kemudian Fatih membawa piring ke dapur sambil berkata
Fatih : atih mau cuci piring lagi. Atih ga capek kok cuci piring na
Fatih pun mencuci sendiri piring bekas makannya. Padahal sedang hujan lebat, saya sebenarnya ingin melarang, khawatir sakit. tapi alhamdulillah semua aman. Fatih memang semakin sering meniru semua aktifitas yang dilihatnya. Ketika saya sholat ashar,dia juga ikut sholat di sajadah saya.
Tempat tinggal kami memang kecil. Bagusnya, saya bisa sambil memantau semua aktifitas anak-anak. Ketika saya sholat magrib di ruang tengah, Fatih membuka kulkas dan memindahkan telur ( 8 butir) dari plastik ke pintu bagian atas kulkas. Fatih sudah dapat memindahkan telur ke tempat nya di kulkas, tanpa pecah. Saya sebenarnya deg-degan, hehehehe
Setelah sholat magrib, saya mengaji. Fatih mengatakan ingin ikut mengaji. Saya sangat senang. Ini menjadi metode tersendiri untuk kami mengajarkan budaya mengaji. Tapi sayang, kegiatan mengaji hanya sebentar karena Fatih dan said mulai butuh pengawasan ketika bermain. Kadang mereka berebut mainan, atau ada salah satu yang merasa dirugikan, dll. Sehingga butuh wasit dan teman bermain.
Setelah sholat isya, anak-anak masih bermain sampai jam setengah sembilan. Kami bermain Lego, bola, mobil-mobilan. Sebelum Fatih membuka mainan, dia memandangi saya sambil berkata "atih bisa koq beresin mainan"
Tapi ketika diingatkan untuk mengakhiri permainan. Fatih menolak membereskan mainan dengan alasan masih ingin bermain. Kemudian saya mulai membereskan sendiri mainan, saya pisahkan antara Lego dan mainan lain.
Fatih : atih mau bantu na ah
Fatih pun membantu merapikan mainan. Sementara said masih ingin bermain, said masih mewarnai lantai menggunakan krayon. Saya membiarkan said bermain. Sambil mengingatkan Fatih untuk pipis sebelum tidur agar tidak ngompol lagi. Say pun mengajak anak-anak tidur, tapi said masih asyik bermain. Sesaat kemudian said berlari, bergabung bersama kami untuk tidur.
Komentar
Posting Komentar