Kami bisa

Hari ini Fatih menangis kesakitan. Fatih digigit oleh said karena merebut posisi said dalam permainan kuda-kudaan bersama ayah. Saat itu saya masih memasak, sebenarnya repot kalau harus turun tangan mendamaikan Fatih, terlebih ada suami yang bisa mendamaikan mereka.

Tapi kemudian saya berfikir, ini bisa menjadi pengantar menuju pengenalan dan pengelolaan emosi diri. Akhirnya saya letakkan kesibukan dapur, kemudian menuju Fatih yang sedang menangis.

Bunda : Fatih kenapa? ( Sambil memeluk)
Fatih : ( masih menangis) Dede ai na, gigit bujur atih
Bunda : ( masih mikir kalimat efektif untuk bicara). Fatih sedih (seharusnya marah) karena digigit Dede said? Sakit yah?
Fatih : iya (sambil menangis).
Bunda: sini bunda tiup (fuh), udah ditiup, bentar lagi sembuh. Dede jangan gigit aa Fatih lagi yah
(Diam beberapa detik sambil memeluk) atih sakit yah? Dede said juga gitu, sakit kalau digigit atih ( beberapa hari yang lalu Fatih sering menggigit said)
Fatih : ( masih menangis)
Bunda : lain kali kalau ada yang mukul atau gigit, Fatih menghindar saja. Ga usah main dengan orang yang suka mukul atau gigit yah.
Menurut saya, mengajarkan Fatih menghindar ketika menjadi korban adalah lebih baik, dari pada mengajarkan dia membela diri atau membalas. Karena saya tahu, Fatih bisa membela dirinya ketika bertengkar dengan teman sebayanya. Saya hanya khawatir Fatih membalas lebih keras kepada orang yang men-dzolimi-nya.

Kemudian ayah Fatih membuat hal yang menarik sehingga Fatih lupa dengan rasa sakitnya dan bermain bersama.


Komentar

Postingan Populer