Mengasah kecerdasan emosional dan spiritual
Hari ini kami belajar dalam situasi berbeda dari biasanya. Sejak jam 11 kami sudah berangkat menuju stasiun Paledang, Bogor. Jam 15.00 tiba di Sukabumi.
Sesampainya di desa, Fatih dan said sangat tertarik bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Fatih dan said mudah bersosialisasi dengan orang-orang baru. Fatih juga gembira berlarian di pinggir sawah, kolam, dan pinggir rel kereta. Tentunya semua dalam pengawasan orang dewasa. Mereka sudah rapi dalam hal bab dan bak, tidak sembarangan. Beberapa kali Fatih jatuh ketika berlari. Dia tidak mengeluh, dia langsung bangun dan kembali berlari. Bahkan ketika kedua tangannya lecet, dia mengadu sakit. Saya sarankan untuk istirahat.
Fatih : na, tangan atih lecet, sakit
Bunda : Fatih sakit? Istirahat yah
Fatih : ga sakit lagi koq nah. (Kembali berlari )
Fatih tidak ingin diam sedikit pun karena masih sangat tertarik mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Kami sempat sholat magrib di mushola terdekat. Fatih mampu mengontrol sikapnya. Sekarang lebih sopan di dalam mushola. Namanya juga anak usia 4 -5 tahun, masih suka bermain. Di mushola, Fatih melihat alat pel. Dia segera mengambil alat pel dan mengepel jejak-jejak basah bekas wudhu para jama'ah sholat magrib.
Fatih " na atih mau ngepel bekas wudhu atih"
Setelah puas, Fatih naik di pagar mushola, melihat pemandangan sawah yang dipenuhi air.
Hari ini Fatih belajar banyak hal dalam mengasah kecerdasan, seperti yang telah saya tulis diatas. Saya pun belajar sabar membersamai keaktifan Fatih. Mengelola rasa "gregetan" melihat keaktifan fatih, menjadi rasa sabar tak bertepi dan mengarahkan keaktifannya menjadi pembelajaran.
Komentar
Posting Komentar