Kami Bisa

Hari ini kami belajar mengendalikan emosi. Ketika saya, Fatih dan said bermain di kamar, Fatih tidak sengaja menendang tulang panggul saya. Rasanya sakit sekali. Ingin rasanya membalas, minimal memarahi sampai puas. Tapi saya ingat materi komunikasi produktif dan reaksi saya sekarang akan menjadi contoh Fatih bila disakiti.

Akhirnya saya hanya meringis tengkurap, sekitar 5 menit untuk meredakan sakit. Rupanya Fatih merasa bersalah, Fatih menangis. Saya tanya kenapa dia menangis, dia tidak menjawab. Hanya tangis yang semakin membesar.

Bunda : Fatih kenapa nangis?
Fatih : #masih menangis#
Bunda: Fatih sedih? Kasihan sama bunda?
Fatih : # tetap nangis#
Bunda : bunda yang sakit, kenapa Fatih yang nangis?
Fatih : # masih nangis#

Saya pun memeluk fatih, tapi said cemburu. Said juga ingin dipeluk. Akhirnya saya memeluk Fatih di tangan kiri dan said di tangan kanan. Kami boci bersama.

Sore hari kami makan bersama. Saya masih melatih kemandirian Fatih dan said dalam menyimpan piring bekas makan ke dapur

Bunda : Fatih bisa tolong simpan piring bekas ke dapur?
Fatih : #diam tanda menolak#
Bunda : said bisa tolong simpan piring ini ke dapur?
Said : Isa ( bisa ) # berdiri bergegas
Fatih : Fatih aja #ikut berdiri#
Said: aku
Fatih : kita simpan berdua aja i ( said), piringnya kita pegang berdua
Fatih dan said memegang satu piring bersama. Berjalan bersama menuju dapur.

Cuplikan kejadian ini membuat saya terharu. Fatih bisa mengelola ego nya. Dari keinginan untuk terlihat hebat membawa piring sendiri ke dapur. Beralih pada solusi agar Fatih dan aid dapat menyimpan piring bersama.

Kecerdasan emosional dan spiritual Fatih terasah. Dibarengi kecerdasan kinestetik-tubuh ketika membawa piring bersama, butuh keseimbangan.

Setelah makan, Fatih minta tolong dituangkan air minum ( Fatih sudah bisa, cuma terkadang ingin dimanja)

Fatih : na, tolong tuangkan air di gelas ini
Bunda : gelas ini kotor, yang lain saja
Fatih : atih aja yang cuci na, atihnkebawa bisa
#fatih segera mencuci gelas, hasilnya bersih dan wangi#